OPTIONALLY LANGUAGE,,,,

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 15 Juni 2011

ASAL CUAP-CUAP

“CELOTEH KU”
 
     Miris hati kala membaca berita  di harian online nasional, adanya bocah kerdil usia 10 tahun tapi berat badan tak lebih dari 7 kg, di bumi yang kaya akan mineral,sumber energy bumi,tenaga kerja ahli dan sumber lain di Indonesia tercinta ini.

        Tapi ini bukan cerita tapi nyata terjadi dan bukan hal baru dan pertama kita baca atau saksikan di berita baik media cetak maupun media elektronik lainnya,ini adalah fenomena sosial yang sangat membuat hati terasa miris.

        Negara yang mengakui persamaan hak dan kewajiban sebagai warga Negara di bawah naungan UUD 1945  (pasal 27 ayat 2 ) dan Pancasila-nya ( kenyataannya?)
Untuk mendirikan rumah ibadah saja rasanya lebih sulit dari pada mendirikan tempat hiburan malam,( sila pertama Ketuhanan yang  maha esa) yang kita yakin para perumus pancasila itu paham betul bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan,jadi dalam hidup berbangsa dan bertanah air Tuhan ada di posisi ter-atas dan paling utama.

        Anehnya semua warga Negara ini mengaku menganut salah satu agama tau pun kepercayaan,dan menurut banyak orang dari berbagai agama dan kepercayaan  yakin ;”tak satu pun agama atau kepercayaan yang tidak  mengajarkan kasih terhadap sesama umat manusia

        Dalam konteks kasih ini adakah pemerintah atau siapa pun di negri ini yang terbuka hatinya untuk menolong dan memikirkan langkah-langkah konkrit ke depan untuk paling tidak me-minimalis kasus kurang gizi,atau pun susahnya akses rakyat kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan?

 Kita tetap optimis akan hal itu. Yang jadi pertanyaan kapan itu di mulai?

        Pada era orde baru kita bisa melihat dan merasakan pelayanan kesehatan masyarakat yang sampai ke pelosok desa,contohnya BKIA,POSYANDU,PUSKESMAS dll,pada saat itu yang menjadi kendala adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang pengobatan modern dan para masyarakat  masih lebih menaruh kepercayaan terhadap dukun beranak atau tabib yang dalam istilah modern di sebut pengobatan alternatif.

        Tapi entah mengapa badan pelayanan kesehatan masyarakat tersebut serasa hilang atau pudar,yang ada lebih canggih dan modern yaitu; klinik umum,klinik persalinan,dokter praktek,bidan praktek dll.yang pada dasarnya tidak GRATIS  alias mahal.

        Memang posyandu masih ada dan lebih bagus penampilan dan fasilitasnya tapi mutu pelayanannya yang jadi tanda tanya,(?) dan tak heran banyak warga ekonomi  mampu pun memakai jasa posyandu dan yang pasti dapat pelayanan lebih dong.

        Seandainya ada rasa ke pedulian di antara warga,hal seperti di atas akan dapat di hindari,contohnya tetangga punya rasa iba dan tidak sanggup menolong  secara materi mungkin mereka bisa menginformasikan ke pemerintah daerah ( paling dekat RT/RW) dan selanjutnya ke pihak pelayanan kesehatan masyarakat terdekat.

        Tapi itu Cuma celotehan ku karena semua orang tahu di Indonesia tidak ada yang gratis kencing aja bayar, iya kan???
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

horas!!!! terimakasih sudah berkunjung,tinggalkan komentar anda sebagai kenang-kenangan yang indah dari kedatangan anda.horas